Dalam pemberian antibiotik untuk infeksi harus ada prinsip
yang mendasari untuk mengidentifikasi infeksi agar pemberian antibiotik lebih
efektif. Penggunaan antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka resistensi
bakteri terhadap antibiotika sehingga penting untuk diperhatikan penggunaan dan
pemberian antibiotika pada infeksi. Infeksi adalah Invasi dan atau kolonisasi
mikroorganisme patogen pada jaringan tubuh terutama yang menyebabkan cedera
seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intraseluler atau
respon antigen-antibodi.
Untuk mengetahui antibiotiak yang tepat, yang harus
dilakukan yaitu identifikasi patogen penyebab infeksi yang meliputi Investigasi
mikrobiologi dan Investigasi klinik. Investigasi mikrobiologi berupa pengamatan
mata, mikroskopik, kultur serta uji sensitivitas. Sedangkan investigasi klinik
berupa Pemeriksaan Hematologi, temperatur, Biokimia, dan Radiografi.
Setelah menentukan jenis patogen penyebab infeksi selanjutnya
pemilihan antibiotik, pemilihan antibiotik harus memperhatikan jenis antibiotik
dan mekanisme antibiotika
Jenis antibiotika yaitu bakteriostatik dan bakterisida. Antibiotika
jenis bakteriostatik efektifitasnya sangat tergantung pada daya tahan tubuh
pasien dan membatasi penyebaran bakteri saat sistem imun bekerja memobilisasi
bakteri. Contoh antibiotika jenis bakteriostatik adalah Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin,
Makrolid, dan Linkomisin.
Antibiotika jenis bakterisida Bekerja pada fase tumbuh kuman (Penisilin, Sefalosporin, Kuinolon, Rifampisin )
dan Bekerja pada fase istirahat (Aminoglikosid, INH, Kotrimoksazo l).
Mekanisme antibiotika antara lain Menghambat sintesis dinding sel bakteri (basitrasin, sefalosporin, penisilin), Mengubah permeabilitas membran sel bakteri ,
Menghambat sintesis protein bakteri (kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin dan aminoglikosida), dan Menghambat sintesis asam nukleat bakteri (rifampisin, sulfanomida dan
trimetoprim).
Terapi Antibiotika pada dasarnya dibagi menjadi dua macam
yaitu terapi empirik dan terapi definitif. Pada terapi empirik kuman penyebab infeksi belum dapat diketahui
atau dipastikan dan didasarkan
pada pengalaman yang layak atau berdasarkan pada pola epidemiologi
kuman setempat. Pertimbangan
utama terapi empirik yaitu pengobatan infeksi sedini mungkin akan memperkecil
resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari infeksinya, misalnya dalam
menghadapi kasus-kasus infeksi berat, infeksi pada pasien dengan kondisi
depresi imunologik. Keberatan dari terapi empirik ini bila
pasien sebenarnya tidak
menderita infeksi atau kepastian kuman penyebab tidak dapat diperoleh
Terapi definitif
dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologis yang sudah pasti, jenis kuman maupun spektrum kepekaannya terhadap
antibiotika. Dalam praktek sehari-hari, mulainya terapi antibiotika umumnya
dilakukan secara empiris. Baru kemudian kalau hasil pemeriksaan mikrobiologis
menunjukkan ketidakcocokan dalam pemilihan antibiotika, maka antibiotika
dapat diganti kemudian dengan jenis yang sesuai.
EmoticonEmoticon